Minggu, 06 Januari 2019

ASMA

ASMA


Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan peradangan kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus.[2] Gejala umum meliputi mengibatuk, dada terasa berat, dan sesak napas.[3]
Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.[4] Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi pada kurun waktu tertentu, dan spirometri.[5] Asma diklasifikasikan secara klinis berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma dapat pula diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik (intrinsik)[7] dimana atopi dikaitkan dengan predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe 1.[8]
Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat (misalnya salbutamol) dan kortikosteroid oral.[9] Pada kasus yang sangat parah mungkin diperlukan pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di rumah sakit.[10] Gejala ini dapat dicegah dengan menghindari pencetusnya, seperti misalnya alergen[11] dan iritan, dan dengan penggunaan kortikosteroid hirup.[12] Beta agonist reaksi lambat (LABA) atau leukotrien antagonis dapat ditambahkan, selain pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat dikontrol.[13] Prevalensi asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada tahun 2011, 235–300 juta orang terserang asma secara global,[14][15] termasuk adanya 250.000 kematian.[15]

Tanda-tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengisesak napas, dada terasa berat, dan batuk.[16]Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit untuk dikeluarkan.[17] Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk apa yang disebut mirip nanah yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang disebut eosinofil.[18] Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau sebagai respons terhadap kegiatan olahraga atau udara dingin.[19] Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.[20]

Kondisi yang berkaitan[sunting | sunting sumber]

Sejumlah kondisi kesehatan lain yang sering muncul pada mereka yang menderita asma adalah:penyakit refluks gastroesofagus (GERD), rinosinusitis, dan apnea tidur obstruktif.[21] Gangguan psikologis juga sangat umum[22] dengan munculnya gangguan kecemasan antara 16–52% dan gangguan suasana hati pada 14–41%.[23] Namun tidak diketahui dengan pasti apakah asma menyebabkan gangguan psikologis atau masalah psikologis menyebabkan asma.[24]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit dan belum sepenuhnya dimengerti.[4][25] Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga respons terhadap terapi.[26] Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan hidup yang berubah.[27]

Lingkungan[sunting | sunting sumber]

Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan lainnya.[28] Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma.[29] kualitas udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi,[30] selalu dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya.[31] Pajanan terhadap uap senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma; pajanan formaldehida, misalnya, menunjukkan hubungan yang positif.[32] Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan asma pada anak-anak dan dewasa[33][34] sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin tinggi.[35]
Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan.[36] Alergen dalam ruangan yang umum di antaranya adalah: tungau debukecoa, ketombe hewan, dan jamur.[37][38] Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif.[39] Infeksi virus tertentu pada saluran napas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya:[40] respiratory syncytial virusdan rinovirus.[41] Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat menurunkan risiko.[41]

Hipotesis kebersihan[sunting | sunting sumber]

Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan laju penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-kanak.[42][43] Hal ini telah diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus, sebagian, disebabkan oleh meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah keluarga pada masyarakat modern.[44] Bukti yang mendukung hipotesis kebersihan ini di antaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah pertanian dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan.[44]
Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma.[45] Juga, proses melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan meningkatnya risiko asma (diperkirakan antara 20–80%)—peningkatan risiko ini dihubungkan dengan berkurangnya koloni bakteri sehat yang seharusnya didapatkan bayi yang lahir melalui saluran kelahiran.[46][47] Dapat dilihat adanya keterkaitan antara asma dan tingkat kemakmuran.[48]

Genetika[sunting | sunting sumber]

CD14-interaksi endotoksin berdasarkan pada CD14 SNP C-159T[49]
Tingkat endotoksinGenotip CCGenotip TT
Pajanan tinggiRisiko rendahRisiko tinggi
Pajanan rendahRisiko tinggiRisiko rendah
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen.[50] Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit ini sekitar 25%.[50] Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah di antaranya:GSTM1IL10,CTLA-4SPINK5,LTC4SIL4R and ADAM33.[51] Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji.[51] Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu penelitian asosiasi genetika saja;[51] masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .[52]
Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan lingkungan tertentu.[4] sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.[49]

Kondisi medis[sunting | sunting sumber]

Suatu keadaan tiga serangkai yang terdiri dari eksim atopikrinitis alergi dan asma disebut sebagai atopi.[53] Faktor risiko paling kuat yang menyebabkan timbulnya asma adalah riwayat penyakit atopik;[40] munculnya asma pada laju yang lebih besar pada mereka yang menderita eksim atau demam hay.[54] Asma juga dihubungkan dengan Churg–Strauss syndrome, suatu penyakit autoimun dan vaskulitis. Seseorang dengan tipe urtikaria tertentu juga dapat mengalami gejala asma.[53]
Terdapat korelasi antara obesitas dan risiko asma karena keduanya menunjukkan kenaikan beberapa tahun belakangan ini.[55][56] Beberapa faktor yang mungkin memainkan peranan penting di antaranya adalah menurunnya fungsi pernapasan karena adanya timbunan lemak dan pada kenyataannya jaringan lemak dapat menimbulkan peradangan.[57]
Berbagai obat yang mengandung penyekat beta seperti misalnya propranolol dapat memicu asma pada seseorang yang rentan.[58] Penyekat beta kardioselektif, bagaimanapun, tampaknya aman diberikan pada penderita dengan penyakit asma yang ringan atau sedang.[59] Pengobatan lain yang dapat menyebabkan masalah adalah ASAOAINS, dan inhibitor enzim pengubah angiotensin.[60]  

Serangan asma[sunting | sunting sumber]

Beberapa individu akan menderita asma tanpa gejala/stabil selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan kemudian secara mendadak dalam perjalanannya berkembang menjadi episode asma akut. Individu yang berbeda akan bereaksi berbeda pula terhadap berbagai faktor.[61] Pada sebagian besar individu dapat terjadi peningkatan intensitas gejala suatu penyakit yang berat akibat dari sejumlahpemicu. .[61]
Ada banyak faktor di rumah yang dapat menjad penyebab munculnya serangan asma asma yang meliputi debu, binatang ketombe(terutama rambut kucing dan anjing), kecoa alergen dan jamur.[61]parfum merupakan penyebab serangan asma yang paling umum pada wanita dan anak-anak. infeksi viral dan bakteri s pada saluran pernapasan atas, keduanya dapat memperburuk penyakit ini.[61] Faktor psikologi seperti stress dapat memperburuk gejalanya— Diperkirakan stres dapat mengubah sistem imunitas dan selanjutnya meningkatkan reaksi peradangan saluran napas sebagai respons terhadap alergen dan iritan.[31][62]



SUMBER: https://id.wikipedia.org/wiki/Asma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar